DSM-House

“Life is like a piano. What you get out of it depends on how you play it,” ujar Tom Lehrer. Dari alat musik ini, kita dapat belajar banyak hal. Salah satunya filosofi kehidupan. Saat memainkan piano, seorang pianis akan memainkan tuts minor dan mayor dalam keselarasan yang indah. Kedua tuts itu menjadi lambang hitam putihnya kehidupan. Untuk menjalaninya, kita membutuhkan langkah yang seimbang sehingga terciptalah sebuah harmoni kehidupan yang indah. Pertanyaan besarnya, “apa kaitannya filosofi piano dengan proyek ini?”.

‍

Pasangan pemilik rumah ini memiliki hubungan emosional dengan alat musik yang membesarkan nama Mozart dan Beethoven. Keduanya bertemu di sebuah kelas kursus piano. Sang istri merupakan pengajar sedangkan sang suami adalah muridnya. Lalu benih cinta tumbuh diantara mereka berdua. Ikatan keduanya semakin erat di setiap tuts yang mereka mainkan. Hingga akhirnya membawa mereka pada ikatan suci pernikahan. Kisah itu menjadi inspirasi bagi proyek ini. Kami berusaha mengabadikan romansa itu dari sebuah piano menjadi tempat tinggal mereka berdua.

‍

‍

Proyek ini bernama DSM House yang berlokasi di Semarang, Ibukota Jawa Tengah. Saat melihat fasad rumah ini, kita dapat menemukan detail kecil yang dengan profesi pemilik sebagai pianis. Salah satunya bagian pagar yang terinspirasi dari tuts mayor dan minor. Lalu pada lantai carport yang menyerupai kumpulan tiles yang berirama.

‍

‍

Secara arsitektur, rumah ini menerapkan konsep modern tropis dengan adanya elemen geometris pada bagian fasadnya. Gaya tropis terlihat dari konfigurasi denah yang memaksimalkan potensi alam berupa cahaya dan sirkulasi udara, bentuk atap limasan yang menyesuaikan dengan iklim tropis dengan tingkat curah hujan yang tinggi, serta material yang terdiri dari material eco green (conwood). Penggunaan conwood juga menciptakan visual cladding kayu layaknya tuts yang mengalunkan nada.

‍